Latest News

Bumi Adalah Surga

Jumat, 22 Oktober 2010 , Posted by MAN 1 Klaten at 20.56

kita semua manusia, memiliki tanggung jawab yang sama atas jiwa raga diri dan jiwa raga bumi ini, karena diri dan bumi yang kita cintai ini telah diamanatkan pengaturan, pengendalian, pengelolaan dan kelestariannya kepada manusia, bahkan jika manusia menyadari kodrat jatidiri yang sesungguhnya, maka manusia pun akan mengetahui, memahami dan menguasai rahasia kekuatan yang bersemayam di alam bawah sadarnya, bahwa di dalam diri manusia terdapat kesempurnaan sistem energi yang berfungsi sebagai pusat sistem pengaturan dan pengendalian energi bumi alam semesta raya ini.
Bahkan jika manusia mau menelusuri dan menjelajahi Alam Bawah Sadarnya, maka manusia pun akan melihat, mendengar dan merasakan sedang berada di sebuah pusat laboratorium sistem pengaturan dan pengendalian energi bumi dan alam semesta raya, dimana semua peralatan yang ada di dalam laboratorium tersebut, seluruhnya menggunakan teknologi yang maha canggih. Dan kami yakin bahwa teknologi tersebut, kelak pasti terwujud secara nyata di bumi ini. Karena teknologi yang maha canggih tersebut sangat logis, ilmiah, sistematis, matematis, dan realistis untuk diwujudkan di kehidupan nyata di bumi ini.
Berbagai teknologi yang maha canggih tersebut, kami menyebutnya sebagai TEKNOLOGI KEHIDUPAN SURGA, karena seluruh kecanggihan teknologi tersebut sama sekali tidak berdampak negatif bagi kelangsungan hidup manusia, justru menjadikan manusia semakin bertambah usia semakin kuat dan kokoh, dan seluruh kecanggihan teknologi tersebut benar-benar menjadi fasilitas kenikmatan bagi seluruh manusia dan unsur kehidupan bumi yang lainnya.
Formula dan konsep teknologi kehidupan surga yang maha canggih, yang tersimpan di alam bawah sadar manusia yang telah kami pahami adalah :

  • Teknologi pengaturan tata udara, iklim dan cuaca bumi
  • Teknologi pengendalian bencana alam
  • Teknologi pengaturan tata cahaya alam semesta raya
  • Teknologi yang menjadikan sistem energi manusia, sebagai :
    • a. Sistem koneksi dan telekomunikasi yang tercepat dan tercanggih
    • b. Teknologi untuk membuka data memory bumi, berupa data perjalanan hidup manusia dari masa yang terdahulu, saat ini dan yang akan datang.
  • Teknologi yang memanfaatkan energi grafitasi bumi sebagai energi transportasi darat, laut dan udara.
  • Konsep pemerintahan dan peradaban bumi yang dipimpin oleh seorang Khaisar Bumi, yang pasti adil, arif dan bijaksana sehingga seluruh manusia yang hidup di bumi ini pun merasakan ketenangan, kebahagiaan, kejayaan dan kemulyaan tertingginya sesuai dengan derajat kedudukan yang didasarkan pada tugas dan peran kehidupan manusia yang sesungguhnya.
  • Teknologi pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, perdagangan, bisnis dan lain-lain teknologi yang sangat canggih yang bisa anda pahami dan kuasai konsep dan energinya, jika anda telah menguasai energi alam bawah sadar anda.
Bagaimana manusia bisa menguasai energi alam bawah sadarnya, sehingga terbukalah seluruh rahasia kehidupan bumi, rahasia kehidupan langit, rahasia kehidupan dzat illahi tuhan yang maha segalanya, dan rahasia kehidupan surga yang kekal dan abadi?
Pertama, manusia harus berani mendobrak dan menguburkan seluruh doktrin, dogma dan paradigma yang telah merugikan dirinya sendiri, karena paradigma atau keyakinan manusia sangat berpengaruh terhadap kinerja energi dalam diri manusia, menjadi energi positif atau negatif dalam diri manusia sangat bergantung pada keyakinan atau paradigma akal pikiran manusia, karena akal pikiran manusia adalah pusat pengaturan dan pengendalian energi di dalam diri manusia dan energi bumi alam semesta raya, yang semuanya saling terkoneksi dan saling keterkaitan.
Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang telah dikodratkan jatidirinya sebagai kholifah atas diri dan kholifah atas bumi alam semesta raya ini, karena manusia diberi kesempurnaan akal pikiran, agar dengan rasio akal pikirannya, manusia pun mampu mengatur dan mengendalikan energi di dalam dirinya, agar menjadi energi yang bermanfaat bagi kelangsungan dan kenikmatan hidup bagi diri, dan bagi diri-diri yang lainnya, karena tujuan sejati setiap diri manusia adalah kehidupan surga yang kekal dan abadi, maka tentu antara kehendak rasa, rasio dan raga haruslah selaras, tidak berseberangan atau bertentangan.
Sebagai contoh, Paradigma manusia yang mewajibkan dirinya mengalami kematian, adalah paradigma yang sangat merugikan diri sendiri dan bertentangan dengan kehendak sejati manusia, yaitu terwujudnya kehidupan surga yang kekal dan abadi, karena dengan paradigma ini otomatis menyebabkan kontra energi di dalam diri manusia, di satu sisi energi bekerja untuk mewujudkan kematian bagi diri manusia, dengan menggerogoti jiwa dan raga manusia, sehingga fungsi sistem energi di dalam diri manusia pun menjadi lemah dan rusak, bahkan cenderung error sistem sampai terjadinya kematian bagi manusia.
Di sisi lain energi bekerja untuk mewujudkan kehidupan surga bagi dirinya, namun karena keyakinan manusia terhadap kematian sangat kuat, ditambah dengan paradigma manusia yang meyakini bahwa kehidupan surga hanya bisa didapatkan melalui pintu kematian, maka otomatis energi yang bekerja di dalam diri manusia pun berfungsi mempercepat terjadinya kematian bagi diri manusia.
Tentu akan berbeda kinerja energi dalam diri manusia, jika manusia berkeyakinan bahwa kehidupan surga yang kekal dan abadi pasti bisa didapatkan di kehidupan bumi alam semesta raya ini, walaupun manusia meyakini adanya kematian, namun energi yang bekerja di dalam diri manusia akan cenderung berfungsi untuk mewujudkan kehidupan surga bagi diri manusia, karena otomatis rasio dan raga manusia akan berusaha untuk mewujudkan kehidupan surga bagi dirinya di bumi ini. Apalagi Jika keyakinan manusia mewajibkan dirinya untuk bisa hidup kekal dan abadi, minimalnya manusia memiliki keyakinan dan rasa percaya diri yang kuat, bahwa kematian itu adalah kehendak diri, bukan kehendak siapa pun, karena diri lah yang berkuasa atas nyawa dirinya, sehingga manusia pun dengan penuh percaya diri mentargetkan umur untuk bisa exist hidup di bumi ini, bukan kematian yang datang merenggut nyawa manusia dengan seenaknya sendiri, tanpa ada ijin dari manusia yang berkuasa atas nyawa dirinya.
Dari sini sebetulnya sangat jelas sekali, bahwa jatidiri manusia sangat lemah dan rapuh, bahkan sama sekali telah kehilangan kodrat jatidiri kemanusiaan yang sesungguhnya, yang seharusnya lebih tinggi dan lebih mulya dari malaikat sang pencabut nyawa yang telah dengan seenaknya mencabut nyawa manusia.
Jadi sebetulnya kematian itu adalah kehendak manusia itu sendiri, dari paradigma dan keyakinannya sendiri. Namun yang sangat disayangkan adalah bahwa terjadinya kematian itu diluar kesadaran jatidiri manusia yang sesungguhnya, sehingga kematian pun menjadi suatu momok yang sangat menyedihkan, mengerikan dan menakutkan bagi diri manusia itu sendiri, padahal manusia itu sendiri yang telah mewajibkan adanya kematian bagi dirinya. Sungguh sangat ironis sekali, manusia mewajibkan kematian bagi dirinya, namun manusia juga berjuang dan berusaha dengan segala dayanya untuk menghindari kematian, sehingga berbagai sistem, konsep, ilmu dan peralatan teknologi pun diciptakan untuk mempertahankan existensi hidup manusia di bumi ini. Yang paling lucu adalah, dengan dalih untuk perlindungan, keselamatan, keamanan, ketenangan dan ketentraman hidup, manusia berlomba-lomba menciptakan berbagai teknologi persenjataan yang sangat canggih untuk membunuh sesamanya. Apakah itu yang disebut dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi, jika hanya untuk membunuh dirinya sendiri? Apakah itu yang disebut dengan peradaban tinggi manusia?
Sungguh kebodohan dan kesesatan telah melanda akal pikiran manusia di seluruh dimensi kehidupan manusia di bumi ini. Dan ini semua berawal dari adanya paradigma dan keyakinan manusia yang keliru, sehingga sistem energi yang ada di dalam diri manusia pun berbalik fungsi, yang seharusnya manusia memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang semakin sempurna, namun yang terjadi justru sebaliknya, manusia semakin lemah, rapuh, bodoh dan tidak tahu arah tujuan hidupnya.
Sehingga manusia pun hanya bisa berharap dan berdoa untuk mewujudkan kehidupan surganya. Padahal sudah jelas-jelas bahwa doa dan harapan kehidupan surga telah dipanjatkan oleh para leluhur pendahulu manusia sejak puluhan ribu tahun yang silam, dan sampai detik ini belum terwujud secara realita nyata di bumi ini, namun sampai saat ini pun masih menjadi keyakinan dan paradigma manusia tentang adanya kehidupan surga yang kekal dan abadi setelah terjadinya kehancuran bumi alam semesta raya atau kiamat. Sungguh kasihan sekali manusia-manusia yang telah mati ribuan tahun yang lalu masih harus mengalami siksa kubur sampai detik ini, karena masih menunggu terjadinya kiamat untuk bisa masuk dan merasakan kehidupan surga yang kekal dan abadi. Dimana letak keadilan tuhan manusia itu, padahal dosa yang diperbuatnya hanyalah seumur hidup di dunia ini yang mungkin hanya ratusan tahun namun harus mengalami siksa kubur ribuan tahun. Apakah keyakinan dan paradigma tersebut akan terus dipertahankan? Dimana rasa tahu diri dan rasa syukur manusia, jika tidak bisa melihat, mendengar dan merasakan bahwa hamparan bumi yang maha luas ini adalah taman kehidupan surga yang kekal dan abadi, sehingga manusia pun masih mengharapkan kehidupan surganya di tempat yang lain? Sehingga manusia pun menggantungkan doa dan harapan kehidupan surganya di langit, dengan senantiasa menengadahkan wajah dan tangannya ke langit. Sungguh sangat kerdil sekali jiwa manusia yang sudah diberi kesempurnaan wujud dan gerak rasa, rasio dan raganya dalam kesempurnaan sistem energi di dalam dirinya, tapi manusia masih merengek dan menghiba untuk kehidupan surganya.
Manusia berbicara kehidupan surga, yang masih fatamorgana karena masih berwujud doa dan harapan. Padahal kehidupan di bumi ini adalah kehidupan surga yang realita nyata, karena seluruh kebutuhan hidup manusia semuanya tersedia di bumi ini, tapi manusia berparadigma bahwa kehidupan di bumi ini hanyalah sementara, hanyalah tempat untuk mempersiapkan bekal kematian untuk menghadap Sang illahi Pencipta dan Penguasa bumi alam semesta raya ini. Apakah benar bahwa Sang illahi Pemilik, Pencipta dan Penguasa Bumi alam semesta raya ini membutuhkan bekal amal ibadah manusia, sedangkan seluruh kerajaan langit dan bumi adalah milikNya?
Bukan kah kehidupan surga itu jauh lebih sempurna jika bisa dirasakan secara lahir dan bathin, dibandingkan hanya dengan bathin atau selepas nyawa dari raga? Tentu ibarat orang hanya bisa membayangkan suatu kenikmatan tanpa merasakan secara langsung dengan jiwa dan raganya, dan tentu hanyalah sebuah khayalan jika manusia makan buah-buahan segar tanpa menyentuh dan memakan buah-buahan yang bisa dirasakan secara lahir.
Marilah kita sebagai manusia yang telah dianugerahi kesempurnaan akal pikiran, menggunakan akal pikiran tersebut untuk mengendalikan dan mengatur energi bumi alam semesta raya ini, dimulai dari setiap diri dengan mengendalikan energi alam yang menjadi situasi dan kondisi permasalahan diri (resah, gelisah, susah sedih, miskin duafa, cemas kuatir, bimbang ragu, tidak percaya diri, sakit, sulit, pahit, pailit, mudah tersinggung, amarah, benci, dendam, dan lain-lain yang merupakan wujud neraka kehidupan), karena sesungguhnya dimensi situasi dan kondisi permasalahan diri manusia adalah dimensi rasa diri (napsu diri), dimana jika manusia larut dalam rasa negatifnya maka neraka kehidupan lah yang didapatkan, namun jika manusia mampu menggunakan rasio akal pikirannya untuk mengendalikan rasa negatifnya menjadi rasa yang positif, minimalnya menjadi rasa yang netral, maka manusia pun tidak akan jatuh dalam neraka kehidupan ini.
Marilah kita sama-sama menjadi tuhan bagi diri sendiri, yang berkuasa atas jiwa dan raga diri sendiri, Jangan biarkan malaikat sang pencabut nyawa dengan seenaknya mencabut nyawa kita sebagai manusia yang memiliki derajat kemulyaan tertinggi atas mahluk-mahluk lainnya, jadikanlah mereka para malaikat sebagai pelayan-pelayan atas kehidupan surga yang kita miliki, karena sesungguhnya para malaikat, iblis, siluman, jin dan kehidupan bathin lainnya adalah wujud dari berbagai situasi dan kondisi yang menjadi permasalahan hidup manusia, mereka kehidupan bathin diberi tugas oleh YANG MAHA MEMILIKI KERAJAAN LANGIT & BUMI, untuk menguji JATIDIRI MANUSIA YANG SEJATINYA ADALAH SEBAGAI PEMILIK BUMI ALAM SEMESTA RAYA INI. Ujian Jatidiri tersebut adalah penentu atas Derajat Kedudukan Manusia, yang sesungguhnya telah ditentukan berdasarkan Tugas & Peran Kehidupan Sejati yang dibawanya sejak manusia diturunkan di bumi ini, agar manusia menjadi kholifah atas dirinya dan kholifah atas bumi ini. Karena sesungguhnya manusia adalah wujud dan gerak tuhan yang maha sempurna dibandingkan dengan mahluk lainnya (binatang, tumbuhan, air, api, tanah, angin, awan dan cahaya yang ada di langit).
Marilah kita wujudkan harapan dan doa kita, yang merupakan rangkuman doa dan harapan para leluhur pendahulu kita, berupa kehidupan surga yang kekal dan abadi di bumi yang maha sakti kekal dan abadi ini, dengan senantiasa menggali potensi kekuatan yang ada di dalam diri, yaitu kekuatan ENERGI ALAM BAWAH SADAR YANG MAHA DAHSYAT. Dengan masing-masing diri menggali potensi kekuatan yang ada di dalam dirinya, maka tentulah setiap diri akan disibukkan dengan mengembalikan jatidiri sejatinya masing-masing, sehingga dengan demikian tidak akan sempat untuk mengoreksi atau menyalahkan orang lain, sehingga setiap diri pun akan menyadari akan tugas dan perannya masing-masing, biarlah jika ada yang berbuat jahat atau salah maka HUKUM ENERGI ALAM yang akan menghukum dengan keadilanNya.
Dengan kesibukkan mengembalikan Jatidiri Sejatinya masing-masing, maka secara otomatis kehidupan manusia akan tertata dengan sendirinya, karena Jatidiri Manusia telah ditentukan Tugas dan Perannya masing-masing, sehingga tidak mungkin akan salah posisi derajat dan kedudukannya masing-masing.

Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar